Indonesia
memiliki jumlah pendudukan yang besar dengan kebutuhan sandang dan pangan yang
tinggi,maka dari itu perlu adanya industri-industri pengasil kebutuhan
masyarakat Indonesia. Sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Membangun
industri pun tidak sembarang perlu berbagai ahli terutama teknik industri.
Teknik
industri didefinisikan sebagai suatu ilmu teknik yang berkaitan dengan
perancangan, perbaikan serta instalasi sistem-sistem yang terintegrasi, yaitu
setiap sistem yang terdiri dari manusia, mesin/ peralatan, informasi dan energi
(misalkan suatu pabrik). Ilmu teknik industri memanfaatkan ilmu dan
keterampilan tertentu (seperti matematika, fisika, ilmu-ilmu sosial,
prinsip-prinsip, methoda analisa serta perancangan dalam bidang teknik) untuk
menyatakan, memperkirakan serta mengevaluasi hasil kerja dari sistem
terintegrasi.
Banyak
orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang Teknik Industri.
Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit
sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun
secara historis perkembangan profesi Teknik Industri berangkat dari disiplin
Teknik Mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses
manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin Teknik
Industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini (Kimbler,
1995). Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas
yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur)
sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita
bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar.
Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri yang kemudian menjadi
fokus kajian disiplin Teknik Industri bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro
(lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen
produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem
produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek
politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah pengambilan
keputusan berdimensi strategi. Disiplin Teknik Industri melihat setiap
persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil
juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek
non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum
pendidikan Teknik Industri dan merupakan karakteristik yang khas yang
menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan
disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya.
Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa
yang bisa digapai oleh profesi Teknik Industri seringkali membuat kesulitan
tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang
sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Untuk menghilangkan keragu-raguan
dan menyamakan persepsi maupun peran yang bisa dikerjakan oleh profesi Teknik
Industri ini, maka IIE (Institute of Industrial Engineers) telah
mendefinisikannya sebagai berikut :
“Industrial
engineering is concerned with the design, improvement and installation of
integrated system of people, information, equipment and energy. It draws upon
specialized knowledge and skills in the mathematical, physical and social
sciences together with the principles and methods of analysis and design to
specify, predict And evaluate the results to be obtained from such system”
Berdasarkan
definisi yang telah diformulasikan oleh IIE tersebut diatas, dapat dibuat
sebuah kesimpulan bahwa misi dan peran disiplin Teknik Industri pada hakekatnya
bisa dikelompokkan kedalam tiga topik yang selanjutnya bisa dipakai sebagai
landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan
permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi
di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi
pada saat proses transformasi seringkali
juga disebut sebagai proses nilai tambah dan aliran material yang berlangsung
dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan
aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua
berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam
hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan
dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam
problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya.
Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin Teknik Industri ini untuk bergerak
kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang
dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang
timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus
melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang
berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini
cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan- persoalan
teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi
(topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis
(stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang
kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin Teknik Industri
akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun
social-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan
persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Begitu
luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan Teknik
Industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional Teknik
Industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and
where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara
memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan Teknik Industri.
Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional Teknik Industri
sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini
operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional Teknik Industri
seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses
perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan
konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional
Teknik Industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih
cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang professional Teknik
Industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi
bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat
dan efisien
Peranan
Teknik Industri Bagi Indonesia
Sesuai
dengan pengartian Teknik Industri itu sendiri dimana Teknik industri
didefinisikan sebagai suatu ilmu teknik yang berkaitan dengan perancangan,
perbaikan serta instalasi sistem-sistem yang terintegrasi, yaitu setiap sistem
yang terdiri dari manusia, mesin/ peralatan, informasi dan energi (misalkan
suatu pabrik).
profesi Teknik Industri berangkat
dari disiplin Teknik Mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya
dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik;
disiplin Teknik Industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir
ini (Kimbler, 1995). Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan
secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik
(manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa
kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala
kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri
yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin Teknik Industri bisa terfokus dalam
ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke
problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian
dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan
(aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah
pengambilan keputusan berdimensi strategi.
Teknik Industri yang menghasilkan
barang-barang fisik atau hasil produksi yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,
misalnya percetakan dan digital printing memberikan peranan penting bagi
masyarakat, bangsa ataupun Negara Indonesia, apabilah suatu perusahan telah
mengalami perkembangan dan berhasil memproduksi suatu barang secara efektif dan
efesien, dimana produksi yang di hasilkan sangat baik, dapat diterimah oleh
masyarakat dan dapat di bersaing dipasaran, maka perusahaan tersebut akan
berkembang dengan baik, dan dapat mengurangi pengangguran karena dengan
terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat maka pengangguran semakin berkurang
dan masyarakatpun akan semakin sejahterah dan dapat mengurangi angka kemiskinan yang ada di
Indonesia.
Perusahan-prusahan yang ada
diindonesia akan memberikan penghasilan bagi Negara Indonesia dengan cara
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat membantu
pembangunan dinegara Indonesia. Sebagai disiplin ilmu keteknikan yang tergolong
“baru”, profesi Teknik Industri lahir sejak ada persoalan produksi, sejak
manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi keperluan hidupnya, dan sejak
manusia ada (Taroepratjeka, 1999). Kelahiran profesi Teknik Industri memiliki
akar kuat dari proses Revolusi Industri yang membawa perubahan-perubahan
didalam banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah dalam hal
diketemukannya rancang bangun mesin uap (steam engine) oleh James Watt yang
mampu berperan sebagai sumber energi untuk berproduksi; sehingga manusia tidak
lagi tergantung pada energi ototi ataupun energi alam, dan yang lebih
meyakinkan lagi manusia bisa memanfaatkan sumber energi tersebut dimanapun
lokasi kegiatan produksi akan diselenggarakan. Perubahan lain yang pantas untuk
dicatat sebagai tonggak (milestone) kelahiran profesi Teknik Industri adalah
diterapkannya rekayasa tentang tata-cara kerja (methods engineering) dan
pengukuran kerja (work measurement) yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas kerja. Langkah-langkah strategis yang dikerjakan
oleh Taylor, Gilbreths, Fayol, Gantt, Shewart, dan sebagainya telah
menghasilkan paradigma-paradigma baru yang beranjak dari struktur ekonomi
agraris menuju ke struktur ekonomi produksi/industri (Wignjosoebroto, 2000).
Sebenarnya apa-apa yang telah
dilakukan oleh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan
terlepas dari apa-apa yang telah dikerjakan oleh oleh para pioneer T.Industri
sebelumnya. Bila istilah produksi maupun industri akan dipakai sebagai kata
kunci yang melatar- belakangi lahirnya profesi Teknik Industri; maka setidak-tidaknya
dalam hal ini Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776) dan Charles Babbage (On
Economy of Machinery and Manufacturers, 1832) telah mengemukakan konsep
peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan
pembagian kerja berdasarkan spesialisasi/keahlian. Fokus dari apa yang
diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini tampaknya
memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor (The Principles of Scientific
Management, 1905) untuk menempatkan “engineer as economist” didalam perancangan
sistem produksi di industri, dimana konsep yang dikembangkan berkisar pada dua
tema pokok, yaitu (a) telaah mengenai “interfaces” manusia dan mesin dalam
sebuah sistem kerja, dan (b) analisa sistem produksi untuk memperbaiki serta
meningkatkan performans kerja yang ada.
Komentar